Pages

Tugas New Media : Perkembangan Teknologi Sinema


Sebelum membahas tentang perkembangan sinema, sebaiknya perlu tahu dulu apa arti dari sinema? Sinema (akar kata dari cinema = kinematik = gerak). Film sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera untuk merekam dari orang atau benda (termasuk fantasi dan figur palsu), dan/atau oleh animasi. Jadi sinema itu memang identik atau sering disebut film. Dimana tempat untuk menonton pertunjukan film tersebut dengan menggunakan layar lebar biasa kita kenal dengan bioskop. Gambar film tersebut diproyeksikan ke layar dengan menggunakan proyektor.


Sejak awal ditemukannya sinema, para pembuat film di Amerika dan Perancis telah mencoba mendokumentasikan apa saja yang ada di sekeliling mereka dengan alat hasil temuan mereka. Seperti Lumiere Bersaudara, mereka merekam peristiwa sehari-hari yang terjadi di sekitar mereka, seperti para buruh yang meninggalkan pabrik, kereta api yang masuk stasiun, buruh bangunan yang bekerja, dan lain sebagainya. Bentuknya masih sangat sederhana (hanya satu shot) dan durasinya pun hanya beberapa detik saja. Film-film ini lebih sering diistilahkan “actuality films”. Beberapa dekade kemudian sejalan dengan penyempurnaan teknologi kamera berkembang menjadi film dokumentasi perjalanan atau ekspedisi, seperti South (1919) yang mengisahkan kegagalan sebuah ekspedisi ke Antartika.

Film ada banyak jenisnya. Berikut ini merupakan kategori film bedasarkan genre-nya:
·     Film animasi
·     Film biografi
·     Film dokumenter
·     Film drama
·     Film fiksi ilmiah
·     Film horor
·     Film berdasarkan kisah nyata
·     Film komedi
·     Film laga
·     Film musikal
·     Film berdasarkan novel
·     Film perang
·     Film berdasarkan permainan komputer dan video
·     Film petualangan
·     Film porno
·     Film remaja
·     Film seni bela diri
·     Film superhero
·     Film thriller

Untuk film animasi, di penghujung 2008, seiring dengan perkembangan teknologi 3D dan makin maraknya film-film berbasis format tersebut, bioskop-bioskop kini turut mengaplikasikan teknologi Dolby Digital Cinema 3D di beberapa bioskop yang memadai. Jumlah bioskop yang mengadakan fasilitas ini pun masih terus bertambah, seiring dengan perkembangan film-film berformat digital dan 3D yang makin meningkat jumlahnya.Dengan berkembangnya teknologi, kini telah hadir berbagai film animasi khususnya dalam bentuk 3 dimensi (3D).

Dalam menonton film 3D, alasan kenapa memakai kacamata 3D adalah untuk mengumpan gambar yang berbeda pada mata. Layar sesungguhnya menampilkan dua gambar, dan kacamata menyebabkan satu gambar masuk ke satu mata, dan gambar lainnya masuk ke mata yang satunya. Terdapat dua sistem umum yang digunakan.
1. Kacamata Merah-Hijau
2. Kacamata Merah-Biru

            Sistem ini menggunakan kacamata berbeda warna. Merah/hijau atau yang lebih umum merah/biru. Pada film 3D, proyektor akan menampilkan dua jenis gambar sekaligus. Filter pada kacamata memperbolehkan hanya satu jenis gambar yang masuk ke tiap-tiap mata, kemudian otak akan menyelesaikan sisanya. Sistem kacamata berbeda warna ini mempunyai kelemahan. Warna pada film tidak terlihat dengan baik, sehingga kualitas gambar yang terlihat kurang begitu baik.

Secara historis, perubahan-perubahan yang terjadi dalam perfilman sebuah negara dapat ditelusuri dari gerakan-gerakan film yang terorganisasi di dalamnya. Sebelum kita merumuskan keberadaan sebuah gerakan, tentu ada beberapa aspek penting dalam perfilman yang perlu dikaji.

Pertama, sebuah gerakan film biasanya dilihat dari jenis film-film yang diproduksi dalam periode tertentu yang memiliki unsur-unsur yang signifikan dari segi gaya (style) dan bentuk (form). Gaya dalam sebuah film menunjukkan perkembangan dan penggunaan berarti dari unsur-unsur seperti pengadeganan, sinematografi, suara, tata artistik, dan editing. Sementara itu, unsur bentuk (form) dalam film merupakan formulasi naratif dan non-naratif dari segi struktur atau sistem dan tema.

Selain ini, cara-cara lain untuk mendefinisikan sebuah konteks historis dalam sebuah perfilman adalah mengkaji biografi seorang sutradara dan melakukan studi genre atau pengelompokan jenis-jenis film. Perlu ditekankan bahwa sebuah gerakan film melibatkan film itu sendiri dan aktivitas para pembuat film, sehingga perlu dikaji. Karena itu, selain memperhatikan kualitas gaya dan bentuk film, tentu faktor lainnya seperti kondisi industri perfilman, teori-teori artistik yang dipegang oleh para pembuat film, aspek teknologi dan elemen-elemen sosio-ekonomi-politik dalam periode dan negara tersebut harus diperhatikan.

Berikut beberapa software (perangkat lunak) yang diperlukan untuk mengedit sebuah film dan/atau untuk membuat film animasi, diantaranya;

1.   Ulead Video Studo


2.   Paket Adobe Digital Video, yang terdiri dari Adobe Premire, Adobe After Effects, Adobe Photoshop dan Adobe Ilustrator.


3.   3D Studio Max
                 


Sedangkan berikut ini beberapa hardware (perangkat keras) yang diperlukan untuk membuat atau menjalankan sebuah film, diantaranya;
1. Kamera Digital










2. Proyektor Digital

            Menurut saya, teknologi sinema digital senantiasa mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, yang mana hingga kini telah banyak diproduksi film animasi 3D. Yang mana gambar dari film tersebut saya rasakan seperti nyata, berbentuk 3D, bukan hanya sekedar gambar. Namun mungkin bila dibandingkan dengan di luar negeri, film animasi 3D-nya jauh lebih hebat tentunya. Hal ini dikarenakan dari beraneka peralatan (hardware & software) yang mereka gunakan lebih canggih dan berkualitas, namun biayanya jauh lebih mahal. Tetapi dari kualitas film yang ada di Indonesia sampai sekarang ini saya sudah merasa terhibur, dan menyadari bahwa Indonesiapun ikut masuk ke dalam perkembangan sinema digital (ikut menggunakan teknologi canggih), walaupun masih kalah dibanding dengan negara-negara maju disana.

Tugas New Media : Sinema Digital (Resume)






Seorang sutradara film, George Lucas mengatakan bahwa film yang berkembang pada abad ke-19 dikembangkan dari sebuah fotografi melalui media yang menggunakan pita seluloid untuk menangkap dan merekam gambar. Pada akhir abad ke-19 sampai akhir abad ke-20 telah ditemukan pengganti pita seluloid untuk menampilkan cara penggarapan baru dunia film yaitu sinema digital. Sinema digital adalah semua konsep, sebuah system yang lengkap dimana meliputi seluruh rantai produksi film dari akuisisi yang berhubungan dengan kamera digital dan pada bagian ini akan dijelaskan secara singkat bagaimana kerja dasar teknologi dan dampak dari munculnya sistem digital. Dalam 20 tahun terakhir ini, teknologi digital, teknik dan estetika visual memiliki pengaruh yang besar dalam setiap tahap pembuatan dan pendistribusian film.

Proses pembuatan film merupakan produksi film yang masih secara tradisional yang menggunakan 35mm atau 70mm film kamera dengan pita seluloid, yang mana memiliki kualitas gambar yang lebih rendah bila dibandingkan dengan proses pembuatan film yang menggunakan teknologi digital. Kemudian film dimanipulasi dengan menggunakan komputer pada pasca produksiDalam teorinya, digital film dimulai pada akhir tahun 1980an, ketika Sony menggunakan konsep sinematografi elektronik, yang mana inisiatif itu gagal. Pada akhir tahun 1990an diperkenalkan HDCAM dengan mengganti dari proses sinemtografi digital untuk membuat film menggunakan kamera digital. High-end kamera menggunakan sensor tunggal yang ukurannya sama seperti film 35mm frame seperti kamera film konvensional. Pengambilan gambar dalam format HDTV progresif memberikan gambar 720 x 1080 pixel dan hasilnya adalah filmis daripada televisual saat gambar di tangkap/direkam. Pada pertengahan 1990-an Sony DCR-VX1000 MiniDV menjanjikan kualitas gambar yang cukup baik untuk film yang biayanya rendah secara digital. Perbedaan kamera high-end dan MiniDV yaitu, kamera high-end menggunakan kompresi untuk mengurangi ukuran file, sedangkan sistem MiniDV menggunakan tingkat kompresi yang tinggi dan mengurangi kualitas gambar untuk penyimpanan ukuran.

Kosekuensi dari meningkatnya penggunaan teknik komputer ini adalah pencitraan dalam pembuatan film dimana keseimbangan antara produksi (film dari adegan yang merupakan narasi dari film)  dan pasca produksi (seperti membersihkan foto, penambahan analog efek digital dalam gambar-gambar awal yang dimasukan). Film yang ada direkam sebagai film data pada hard disk dan memori flash dengan menggunakan sistem RAID ( Redundant Array of Inexpensive / Drives independen / disk). Dalam pembuatan film kontemporer pun, periode pasca produksi umumnya jauh lebih lama dari masa produksi disebabkan karena sebagian besar gambar dari hasil akhir adalah hasil kerja dilakukan dalam pencitraan yang dihasilkan komputer dan CGI editing.Dari sejarahnya, CGI memiliki kualitas gambar yang kasar, Kualitas CGIS yang muncul jauh berbeda dengan visual dari objek yang secara dunia nyata telah di foto dengan menggunakan seluloid (tradisional). Konsekuensi dari kualitas visual yang berbeda ini, yaitu gambar yang dihasilkan dengan menggunakan CGI biasanya muncul pada layar untuk jangka waktu yang lebih pendek dari gambar nyata.

Distribusi digital, baik dalam format DVD atau di bioskop dengan proyeksi memungkinkan pameran distribusi mudah dan murah untuk mendapatkan film keluar cepat untuk menonton secara lokal dan maksimal. DVD merilis ribuan eksempar, sementara untuk melengkapi jaringan bioskop digital. Pada bulan September 2005, Afrika Selatan menciptakan 20 bioskop digital untuk menunjukan produk asli bersama dengan fitur-fitur yang melengkapinya. Di Nigeria, produksi film ’Nollywood’, mencapai milaran dolar per tahun dalam industrinya. Dua ratus sinema digital yang dihasilkan setiap tahunnya, membuat Nigeria menjadi penghasil fitur ketiga terbesar setelah Hollywood dan Bollywood.

Distribusi, proyeksi serta pameran digital jelas tidak hanya membawa keuntungan untuk pihak minoritas dan kepentingan perfilman negara dunia ketiga. Arus utama industri perfilman dapat mendownload film dalam bentuk digital, dari server pusat ke server sinema proyeksi, yang mana ini merupakan sebuah metode yang murah dalam mendistribusikan salinannya. Dengan beberapa ribu rillisan dalam setahun, tabungan yang ditwarkan oleh distribusi digital lebih dari $ 1 miliar. Saat ini untuk pendistribusian sebuah salinan film dapat memanfaatkan DVD, Hard Drive, maupun melalui satelit. Sebagai salah satu tindakan pengamanan dilakukan pengenkripsian data untuk mencegah terjadinya pembajakan dan penyalinan.

Fase teknologi audiovisual tertentu tidak kompatibel diantara kompresi dan sistem server yang mana berarti bahwa film-film sekarang ini harus didistribusikan dalam berbagai bentuk. Pada Maret 2002, 'Digital Cinema Inisiatives' telah dibentuk oleh studio besar, seperti : Disney, Fox, MGM, Paramount, Sony Pictures, Universal dan Warner  untuk mengembangkan spesifikasi arsitektur terbuka untuk sinema digital yang dapat diambil oleh semua pihak industri. Yang mana versi 1.1 telah dirilis pada April 2007. Inisiatif lain ‘Digital Cinema Implemention Partner’ (DCIP) dibentuk oleh AMC, Cinemark dan Regal Cinema Chains. Mereka merencanakan untuk menggunakan proyeksi dan server digital di seluruh bioskopnya sejak tahun 2008.

Biaya untuk mengkonversi sinema dari seluloid menjadi proyeksi digital sangatlah tinggi, lebih dari $150,000 per layar. Tetapi sebagai proses digital, menjadi semakin ada dimana-mana di seluruh fase dari industri perfilman. Beberapa prediksi awal, diperkirakan konversi menjadi pameran digital akan selesai pada tahun 2012, meskipun masih melambatnya dalam beberapa tahun terakhir, sehingga melemparkan banyak pertanyaan dari tanggal tersebut.


Jadi pada akhir 1990-an, sinema digital memegang peranan penting pada proses pembuatan film modern dimana mulanya hanya menggunakan pita seluloid dengan biaya yang cukup mahal. Sebelumnya film masih berbentuk naskah, rancangan logis, diambil dan disimpan sebagai gambar selama peluncuran produksi. Kemudian dirakit sebagai kombinasi gambar, lalu digabungkan dan disunting bersama-sama untuk membentuk (biasanya) 100 – 120 menit fitur film.

Setelah hadirnya masa digital, kini perfilman menjadi semakin berkembang. Jenis gambar yang dihasilkan kini sangat berbeda bila dibandingkan dengan sebelum masa digital. Gambar yang dihasilkan serta efek-efek yang ada dalam film sekarang jauh lebih bagus (lebih berkualitas). Dari hal ini dapat dipastikan bahwa masyarakat akan lebih senang menikmati terlebih lagi untuk masa mendatang.

Tugas New Media : Live Streaming

Hampir seluruh penduduk di dunia, sudah mengetahui apa itu live streaming. Live streaming merupakan layanan yang disuguhkan secara hidup atau real-time berbasiskan jaringan Internet. Sehingga, yang ditampilkan akan hadir secara real-time (langsung) layaknya siaran live radio atau televisi. Live streaming yang selanjutnya akan dibahas disini adalah tentang Trans TV live streaming.

Trans TV (PT.Televisi Transformasi Indonesia) merupakan sebuah stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara terrestrial area di Jakarta, yang dimiliki oleh Chairul Tanjung. Stasiun televisi ini juga merupakan suatu perusahaan yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari TRANS 7. Trans TV memperoleh izin siaran didirikan pada tanggal 1 Agustus 1998. Pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah. Trans TV mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001 meski baru terhitung siaran percobaan, Trans TV sudah membangun Stasiun Relai TV-nya di Jakarta dan Bandung. Siaran percobaan dimulai dari seorang presenter yang menyapa pemirsa pukul 19.00 WIB malam. Trans TV kemudian pertama mengudara mulai diluncurkan diresmikan Presiden Gus Dur sejak tanggal 15 Desember 2001 sejak sekitar pukul 19.00 WIB malam, TRANS TV memulai siaran secara resmi.Maka sejak tanggal 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi. Kantor Pusat stasiun ini berada di Studio TransTV, Jalan Kapten Pierre Tendean,Jakarta Selatan. Direktur Utama Trans TV saat ini adalah Wishnutama.

Sejak awal, pembangunan TRANS TV dirancang untuk bisa beroperasi menggunakan teknologi digital penuh, mulai dari tahap pra produksi hingga tahap paska produksi dan siaran on air. Tetapi karena sistem penyiaran di Indonesia masih menggunakan sistem analog, maka output yang bersifat digital akan diubah menjadi analog. Walaupun demikian, pemirsa TRANS TV akan menikmati tayangan audio visual yang lebih jernih dan tajam. Kelak jika sistem penyiaran di Indonesia sudah beralih ke sistem digital, TRANS TV hanya perlu memodifikasi pemancar-pemancarnya saja.

Selain output yang lebih baik, teknologi digital juga menjadikan proses kerja dapat berjalan lebih efisien dan efektif. Peran kaset (video tape) nyaris hilang, karena semua materi produksi mengalir dari satu server ke server komputer lainnya melalui jaringan kabel optik yang terpasang di seluruh gedung. Seluruh studio juga terintegrasi satu sama lain sehingga memungkinkan siaran yang simultan.

Untuk menyaksikan siaran live streaming biasanya memerlukan real player, adobe flash player, media player, dsb. Namun ada suatu situs untuk menyaksikan langsung secara online tanpa perlu mendownload software tersebut, yaitu di tv online. Tanpa perlu mendownload, bisa langsung menyaksikan acara televisi sesuai selera.

Agar bisa menikmati, tentunya diperlukan speaker yang berkualitas serta layar monitor dengan resolusi yang tinggi. Biasanya juga diperlukan video card / kartu grafis yang merupakan bagian dari perangkat keras yang diinstal dalam komputer yang bertanggung jawab untuk rendering (memberikan) gambar pada monitor komputer atau layar tampilan.

 vga card


Menurut saya penggunaan live streaming di zaman sekarang ini bukanlah hal yang asing lagi. Dengan adanya live streaming ini, kita bisa menyaksikan berbagai acara televisi tidak harus di depan televisi. Kita bisa menyaksikannya dengan menggunakan laptop misalnya, tetapi harus terkoneksi dengan situsnya. Kelemahan dari live streaming ini biasanya pada kualitas gambarnya. Masih banyak yang tampilan gambarnya tidak setajam di layar televisi. Kemudian untuk memulai menyaksikannya, diperlukan buffering yang menyebabkan harus menunggu beberapa saat, dan ditengah-tengah tayangan sering terdiam. Jadi tidak selancar di layar televisi.


Sumber:
http://agussale.com